Menanti Giliran

Diposting oleh Sabhytta Nurani , Senin, 22 November 2010 17.35

Si Little Sufi Merenungkan:
"Sebab roh penguasa bumi tak bisa tidur dengan damai dalam buaian angin sampai kebutuhan orang2 kecil diantara kalian terpenuhi."
(Kahlil Gibran)
Sang guru sufi itu terus mematung. Matanya terus tertuju mengawasi sebuah belalai yang mirip jarum kecil yang sedang ditenggelamkan secara per’lahan2 dlm sebuah mihbarah, botol tinta tempat menutulkan mata pena; pena zaman dulu yg ujungnya dberi bulu.
Sang lalat tdk mngerti klo drinya sedang ditunggu. Dia terus asyik mnyeruput larutan tinta yang akn dgunakan sang guru sufi untuk mnulis risalah kebajikan.
Tiba2 s’org murid dtang mghampiri sang guru sufi itu. Dia keheranan mnyaksikan apa yg dlihatny. Guruny mematung. Pada jarak tdk lebih dari sejengkal, dia pun bertanya, “Apa yg guru sedang lakukan?”


“Aku sedang menantikan giliranku,” sahut sang guru.
Sang murid kebingungan. Menantikan giliran dengan siapa? Lalu dia merapat kea rah gurunya yg masih dgn sabar menunggu sang lalat yg hinggap di mihrabah-nya.
Ketika jarak dirinya dgn guruny bgitu dekat, sang murid kmudian mnelusuri arah pandangan matany. Akhirnya dia pun berhasil menemukan sasaran pandangan guruny; seekor lalat. Hanya seekor lalat!
Aduh, pkir sang murid gemas, knapa guruny buang2 wktu dgn lalat? Bukankh mnulis risalah yg dpt mmbrikan pencerahan itu lebih berharga?
Dan, ketika sang murid hendak mnepis lalat yg hinggap di mihrabah-nya, sang guru sufi mngangkat tanganny. “Stop! Jangan lakukan itu!” kata sang guru sufi pelan dgn tdk mgubah posisiny yg mematung.
Sang murid pun mmbatalkan niatny. Tapi rasa pnasaran knapa guruny melarangnya mnepis lalat, mghebat di kepalanya.


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 Response to "Menanti Giliran"

Posting Komentar

Yang Lagi Online



IP